Haris Pertama: Hanya Ganjar yang Levelnya Presidensial dan Kelas Dunia

Paska debat capres kedua yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta tadi malam (Minggu malam, 7/1/2024), hanya capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo yang levelnya presidensial dan berkelas dunia. Sehingga sudah sepantasnya bila Ganjar kini menjadi panglima tertinggi yang nantinya akan mewakili Indonesia di panggung dunia atau kancah dunia.

‘’Di debat capres tadi malam itu, Pak Ganjar benar-benar menunjukkan penguasaannya dalam isu pertahanan, keamanan dan politik luar negeri. Beliau paham betul soal tantangan yang Indonesia hadapi, mulai dari perubahan tantangan di masa depan, ancaman serangan siber, hingga rendahnya alokasi anggaran pertahanan kita,’’ kata Haris Pertama selaku juru bicara (Jubir) Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar – Mahfud dalam keterangan resminya, Senin (8/1/2024).

Haris mengungkapkan setidaknya ada 3 (tiga) poin penting yang bisa diangkat paska debat capres tadi malam. Pertama, Pertahanan Sakti 5.0. Artinya, dalam menghadapi tantangan masa depan, Indonesia memang seyogyanya harus menyiapkan diri. Itu sebabnya Ganjar melempar gagasan pembangunan Pertahanan Sakti 5.0 yang mencakup lima aspek utama, di antaranya; modernisasi alutsista, meningkatkan kesejahteraan prajurit, mengembangkan industry pertahanan dalam negeri, memperkuat keamanan di daerah perbatasan, serta memperkuat ketahanan siber.

Kedua, Angkatan Cyber. Dalam hal ini, Ganjar sangat visioner, sungguh sosok capres kekinian yang mengerti tantangan zaman.

‘’Ide beliau tentang pentingnya pertahanan siber sempat disinggung lagi di closing statement usai debat capres semalam, yaitu pentingnya Duta Siber bahkan Angkatan Cyber, yaitu matra baru yang khusus menangani pertahanan dan ketahanan di dunia maya,’’ ungkap Haris.

Ketiga, lanjut Haris, yakni Menaikkan Anggaran Pertahanan. Dalam persoalan ini, lagi-lagi Ganjar peduli dengan rakyat kecil dan prajurit. Perjuangan Ganjar nyata dan serius dalam mewujudkan perbaikan anggaran alutsista yang dimasukan ke dalam visi misi pertahanan, yakni anggaran yang mencapai 1-2% dari PDB (saat ini anggarannya sekitar 0,7% dari PDB).

Nah, untuk mencapai target realistis ini, pertumbuhan ekonomi harus 7%. ‘’Dengan anggaran memadai, alutsista kita bias dimodernisasi tanpa harus berhutang dan juga jangan sampai membeli persenjataan using atau bekas. Pada intinya, komitmen Pak Ganjar jelas, semua kebijakan harus mengedepankan kepentingan nasional, termasuk kebijakan mengenai pertahanan dan hubungan internasional. Apapun yang ditentukan, rakyat Indonesia harus mendapatkan manfaat sebesar-besarnya terutama dalam peningkatan kesejahteraan,’’ jelas Haris.(*)

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

On Key

Related Posts