Ketua Umum DPP KNPI, Haris Pertama mendampingi Bupati Bandung, HM Dadang Supriatna yang diwakili Erick Juriara Ekananta meresmikan Pondok Pesantren Daarut Taufiq di Desa Cikoneng, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Rabu (07/09).
Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama mengatakan Ervan Taufiq sebagai Pimpinan Pontren Daarut Taufik punya visi misi yang jelas membangun pesantren.
“Saya sangat suka hal yang seperti ini, DPP KNPI akan berpartisipasi secara resmi terhadap Pesantren Daarut Taufiq. Saya berharap pesantren ini punya kualitas pendidikan yang bagus dan bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya di tingkat internasional,” kata Haris.
Haris mengatakan, dunia pendidikan menciptakan pendidikan moral, supaya tak gampang terprovokasi dan tersulut emosi.
“Para santri harus memiliki pemikiran yang hebat dan akhlak yang baik,” katanya.
Sementara itu, Erik mengatakan keberadaan Pondok Pesantren di Indonesia, saat ini sudah dinaungi dalam sebuah legalitas, yaitu Undang-Undang No 18 tahun 2019 tentang Pesantren. Pesantren pun sudah diperkuat melalui peraturan presiden.
“Eksistensi pesantren bagian dari institusi atau lembaga dalam kontek memberikan aspek nilai keagamaan,” kata Erick.
Dikatakan Erick Juriara, dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Pesantren, pemerintah atau negara hadir di tengah-tengah pondok pesantren tersebut. Hal itu berkaitan dengan program keagamaan atau dalam penyelenggaraan pesantren.
“Dengan adanya peraturan itu, ketika masyarakat ingin mendirikan pesantren, ada legal formalnya atau diakui oleh pemerintah,” sambung Erick.
Erick pun berharap pola pendidikan di lingkungan pesantren, para santriwan/santriwatinya memahami makna nilai-nilai keagamaan.
“Pendirian pesantren itu bisa membantu kami, dalam kontek keagamaan dalam upaya memberikan edukasi kepada masyarakat,” katanya.
Ketua Yayasan Al Madani Prima H. Ervan Taufiq mengatakan, Pondok Pesantren Daarut Taufiq itu untuk membina 520 santri. “Mereka wajib mondok di pesantren itu selama satu bulan, dan bergantian,” katanya.
Selama berada di lingkungan pesantren, kata Ervan Taufiq, para santri melepaskan penggunaan handphone dan setiap malam membiasakan salat sunat tahajud, salat sunat dhuha, kemudian hari Senin dan Kamis berpuasa.
“Pola pendidikan seperti ini dengan harapan terciptanya generasi cinta Islam, cinta Alquran, cinta Allah cinta Rasulullah. Kami berharap, santri yang dibina ini menguasai dunia dan meraih akhirat,” katanya.
Haris berharap, para santri yang mengikuti pendidikan keagamaan di pesantren itu, setiap bulannya mengalami perubahan dari kualitas anak didiknya.
“Punya nilai akhlak dan moral yang baik untuk membangun Indonesia hebat dan maju,” katanya.